Ketua Kotak Kosong Tarakan Ungkap Alasan Dibentuknya Koalisi Non-Parlemen

banner 400x130

Kaltara,Mediasatya.com  – Munculnya relawan kotak kosong dan masifnya pergerakan mereka menimbulkan tanda tanya tersendiri di kalangan masyarakat Tarakan. Ir. Lukman Ambo Lala, Ketua Relawan Kotak Kosong (KOKOS) Tarakan, membeberkan alasan di balik pembentukan koalisi non-parlemen atau koalisi kotak kosong yang didirikan oleh kelompoknya.

Lukman menjelaskan, koalisi kotak kosong dibentuk sebagai respon terhadap kebutuhan untuk mengusung calon yang mampu mewakili aspirasi masyarakat, di tengah keterbatasan partai politik yang ada. Dasar dari koalisi non-parlemen disebutnya terbentuk karena adanya partai yang tidak memiliki cukup kursi untuk mengusung calon secara mandiri.

banner 400x130

Sehigga Lukman menerangkan partai-partai tersebut akhirnya bergabung dengan tujuan meningkatkan peluang memenangkan pemilihan dalam rangka menciptakan kolaborasi untuk menggabungkan sumber daya dan dukungan.

Ketika ditanya mengenai pencalonan salah satu calon yang didukung, Lukman menjelaskan bahwa pencalonan tersebut didasarkan pada beberapa pertimbangan strategis, termasuk popularitas dan kapasitas calon untuk menarik suara. Dukungan partai memang penting, tetapi kami juga mempertimbangkan hasil survei dan kemampuan calon dalam merepresentasikan aspirasi masyarakat.

Selanjutnya, ia menanggapi isu yang beredar bahwa relawan KOKOS terbentuk karena merasa tidak mendapatkan tempat dalam struktur politik yang ada. Lukman menanggapi dengan menyebut hal tersebut merupakan dinamika yang umum dalam politik. Menurutnya banyak relawan merasa kontribusi mereka tidak diakui atau tidak mendapatkan posisi yang mereka harapkan dan hal tersebut dianggapnya bisa menimbulkan ketegangan dalam koalisi.

“Namun kami berkomitmen untuk mendengarkan suara semua pihak,” ucapnya.

Lukman juga membahas perbandingan dengan daerah lain, seperti Kota Samarinda, yang juga melawan kotak kosong. Dirinya menganggap bahwa setiap daerah memiliki konteks politik yang berbeda.

“Di Samarinda, mungkin ada tingkat kepuasan masyarakat yang berbeda terhadap pemerintahan yang ada, serta kekuatan partai tertentu berdasarkan survei. Di Tarakan, pilihan strategis kami berbeda, sesuai dengan apa yang dirasakan masyarakat dan kebutuhan setempat,” jelas Lukman.

Lebih lanjut Lukman menekankan pentingnya memahami perbedaan strategi pencalonan yang diambil di setiap daerah. Ia mengakui bahwa karakteristik pemilih dan isu-isu lokal sangat mempengaruhi keputusan kelompoknya.

“Jika di Tarakan ada calon yang lebih dikenal oleh masyarakat, maka strategi kami akan berfokus pada calon tersebut meskipun ada tantangan dari relawan atau kelompok lain,” tandasnya.

Rei/Rdk/Adv

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *